Tung So Huloas Diago Arsak ~ Trio Ambisi

Lirik Lagu Batak “Tung So Huloas Diago Arsak” ~ Trio Ambisi

lirik lagu batak tung sohuloas diago arsak.

Ciptaan : Tigor Gibsy Marpaung
Dipopulerkan : Trio Ambisi
Vocal : Julius Sitanggang

aha do arsak ni rohami.
aha na holip dirohami.
umbaen na sai holsoan ho.
paboama tu au dahasian.

aut sugari ma tartodo au.
angka nabuni dirohami.
naeng ma putihonku ho.
asa tung mago holso ni roham.

tung so huloas ho ito diago arsak.
tung so huloas ho ito sai tumatangis.
asa rap mengkel hita nadua.
asa rap mengkel hita nadua.

aut sugari ma tartodo au.
angka nabuni dirohami.
naeng ma putihonku ho.
asa tung mago holso ni roham.

tung so huloas ho ito diago arsak.
tung so huloas ho ito sai tumatangis.
asa rap mengkel hita nadua.
asa rap mengkel hita nadua.

tung so huloas ho ito diago arsak.
tung so huloas ho ito sai tumatangis.
asa rap mengkel hita nadua.
asa rap mengkel hita nadua.

asa rap mengkel hita nadua.
asa rap mengkel hita nadua.

Takkan Kubiarkan Kau Bersedih*

Terbangunku di pagi buta ini, angin dingin dataran tinggi Toba serasa menggelungku dalam dekapan menusuk tulang. Setengah terbuka mataku mencari tubuh Lamtiur di sampingku namun tak tampak keberadaannya. Lewat jendela kaca kulihat sosok yang kucari.

Lamtiur berdiri di luar menantang dingin angin, bersedekap menutup rapat tubuh telanjangnya dalam balutan selimut tebal yang diambilnya dari tempat tidur kami. Matanya menerawang jauh melintasi permukaan danau yang masih gelap. Tubuh ramping itu tegak tak bergerak, mematung dalam sunyi dan dingin. Kupaksakan badan ini bangun, melemparkan kakiku ke bawah menginjak lantai sedingin es, kukenakan pakaianku kembali dan melangkah keluar mendekati sosok itu.

“Apa yang kau pikirkan sayang sehingga kau tampak nanar menatap kejauhan seperti itu,” tanyaku. Lamtiur tersentak, kaget dengan kehadiranku yang tak dinyananya.

“Tak ada apa-apa, kembalilah tidur!” ujarnya.

”Jika tidak ada apa-apa kenapa aku lihat sembab matamu, bahkan aku masih melihat airmata di pipimu?” tanyaku. Serta merta Lamtiur mengelap pipi dan lingkar matanya dengan punggung tangan dan ujung selimut penutup tubuhnya.

“Hei, ada apa, ceritakan padaku ada apa di benakmu. Apa yang membuatmu bersedih?”

“Kita telah memiliki malam yang indah semalam, apakah kamu menyesali itu?” tanyaku kembali dengan lembut sambil memegang kedua bahu Lamtiur dan memutarnya menghadapku. Namun Lamtiur menolak menatapku, kepalanya ditundukkan seakan tak hendak melawan mataku.

Tiba-tiba wajahnya ditubrukkan ke dadaku bersamaan dengan pecahnya isak tangis. Dengan lembut kudekap tubuhnya rapat ke tubuhku, membiarkan seluruh wajah, badan, dan pinggulnya menjadi satu dengan tubuhku, memberinya waktu untuk menumpahkan semua air mata dan emosinya. Terasa jarinya meremas punggungku dengan keras namun tak terasa sakit, aku rasakan emosi yang begitu hebat kala ia melakukannya, terkadang tangannya mengepal dan memukuli punggungku. Kubiarkan semua itu terjadi beberapa saat sampai ahirnya ia terdiam dan menarik tubuhnya dari aku.

“Kenapa kita harus melakukannya ketika kita tahu kau akan pergi esok hari?” mata Lamtiur sekarang menatap mataku tajam.

”Kau yang memintaku kan setelah aku menolaknya karena aku takut menyakitimu ketika aku harus meninggalkanmu besok,” jawabku.

’Kenapa tak kau cegah aku?” sekarang suaranya meninggi, emosinya kembali naik.

”Tiur sayang, sudahlah, kita tahu kita sama-sama menginginkannya, dan kita betul-betul menikmati semua itu semalam. Aku bahkan masih bisa mendengar eranganmu menyebut namaku saat kau berada di puncak. Harum tubuhmu pun belum hilang dari badanku. Kenapa harus kau sesali itu?” tanyaku kembali padanya.

”Kau akan tetap pergi setelah semua ini? Meninggalkan aku dalam kesendirian dan sepi ini?” kejarnya.

Selama sepersekian detik aku tak bisa mengatakan apapun, aku takut jawabanku akan makin menyakitinya.

”Bagaimanapun aku harus pergi Tiur, kamu tahu sekali itu. Aku harus pergi agar aku bisa kembali padamu. Aku memang bukan orang yang alim namun aku juga bukan seorang bajingan. Aku mencin…”

”Tolong jangan katakan, kata itu akan lebih menyakitkan bagiku,” potongnya cepat dan melemparkan arah pandangnya kembali ke arah danau.

”Tidurlah dan pergilah esok, dan jangan kau bangunkan aku!” serak suara Lamtiur saat mengatakannya, tenggorokannya seperti tertahan sesuatu.

Kutahu makin banyak kata kuucapkan, makin teriris hatinya dan menolak kenyataan ini, maka kuambil gitarku, mulai memetiknya sambil kualunkan sebuah lagu yang telah sangat ia kenal.

aha do arsak ni rohami aha na holip dirohami

umbaen na sai holsoan ho,

paboa ma tu au dahasian

au sugarima tardodo au akka nabuni dirohami

naeng ma putihonku,

asa tung mago holso mi ito

tung so huloas ho ito di ago arsak tung so huloas ho ito sai tumatangis asa rap mekkel hita nadua asa rap mekkel hita nadua hasian**

Lamtiur hanya terdiam seribu bahasa, kutahu air mata itu kembali jatuh. Matanya terpejam untuk waktu yang terasa begitu lama.

Ia akhirnya bergerak, melangkah ke arahku. Kuhentikan senandungku, diambilnya gitar itu dan ditaruh pelan di kursi. Ditariknya lembut kedua tanganku, tanpa kata membawaku kembali ke ranjang itu.

Air mata masih meleleh dari matanya, namun kali ini ada senyum, tak sempat aku mengatakan apapun, bibir Lamtiur telah mengunci bibirku, melumatnya dan mendorong kembali tubuhku ke permukaan ranjang, tangannya meremas kuat semua yang ia pegang, rambut, kepala, bahu dan badanku seakan tak hendak dilepaskannya, selimut penutup tubuhnya telah merosot jatuh membiarkan keindahan itu kembali terpapar di depanku. Kuserahkan diriku dalam genggamannya pada pagi buta itu, aku adalah pelayan baginya, untuk berikan kebahagiaan dan kepuasan pada dahaganya akan hadirku saat itu.

Aku mulai ragu apakah aku masih bisa menentukan esok hari, tapi aku sudah tak peduli lagi. (ll)

Catatan:

*Tung so huloas ho marsak (lagu batak, dipopulerkan oleh Julius Sitanggang)

**apa yang sedang kau pikirkan apa yang tersembunyi dalam hatimu

yang telah membuatmu galau ceritakan padaku sayang seandainya aku tahu yang kau pikirkan apa yang terselip di hatimu

kan kuhapuskan itu agar kau bahagia sayangku takkan kubiarkan kau bersedih takkan kubiarkan kau menangis agar kita tertawa bersama agar kita tertawa bersama sayang

(terimakasih pada Ramotan Manulang yang telah menerjemahkan lirik ini ke Bahasa Indonesia)

@kumpulanlirik.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *